Monday, February 14, 2011

Raja Bijak Raja Disembah, Raja Lalim Raja Disanggah

Peribahasa bijak selalu hadir di segala jaman. Meski adanya otonomisasi daerah, dimana bupati dan walikota konon sering di-identikan menjadi “raja-raja kecil” namun tidak semuanya berlaku di Payakumbuh. Di sini masyarakatnya terkenal kritis dalam menilai kepemimpinan seseorang. Sebab, dalam sebuah kurun kepemimpinan seorang walikota di Payakumbuh pernah ada yang “diturunkan” oleh DPRD di tengah jalan. Inilah bukti, bagaimana kritisnya masyarakat di tempat kelahiran SP.

Pada Rabu(5/1) adalah ulang tahun ke-60 dari Walikota Payakumbuh, Sumbar. Salah seorang yang mengucapkannya adalah SP, yaitu menunggu beliau selesai mandi di rumah dinas dan akan berangkat ke kantor walikota.

1296269514818253108

Bersama Walikota Payakumbuh,Capt.H. Josrizal Zain, SE, MM di rumdis-nya

Dalam analisa SP, sang walikota Payakumbuh yang akan mengakhiri masa jabatannya pada pada 2012 merupakan figur yang cukup bersih dalam menjalankan kepemimpinannya (sampai KPK membuktikan yang lain). Masyarakat Payakumbuh membutuhkan penerus kepemimpinannya yang dapat diterima oleh mayoritas pemilih dalam Pilkada 2012 nanti (bila kebijakan tidak berubah, yaitu tetap Pilkada langsung).

Di Payakumbuh tidak dikenal istilah “raja-raja” kecil yang sering disindirkan media massa selama ini. Yang ada adalah raja jalanan yang berbeda dengan raja jalanan yang dikenal di Jakarta (sepeda motor). Di sini yang dikenal sebagai raja jalanan adalah yang di bawah ini:

12962704651716703840

Merajai di jalanan di luar stadion pacuan kuda, Payakumbuh

Apa gambar di atas kurang jelas? Baiklah ditambah dengan yang ini:

12962704521570936692

Tidak usah dijelaskan mahkluk apa ini, kan? Kalau juga nggak mengerti, sangat kelewatanlah…

Juga mereka merajai area di dalam stadion pacuan kuda:

12962701981116758018

Menguasai stadion dengan bukan saja menduduki, tapi memijaki dan menghabisi rumput yang ada di dalam stadion

No comments: