Peribahasa bijak selalu hadir di segala jaman. Meski adanya otonomisasi daerah, dimana bupati dan walikota konon sering di-identikan menjadi “raja-raja kecil” namun tidak semuanya berlaku di Payakumbuh. Di sini masyarakatnya terkenal kritis dalam menilai kepemimpinan seseorang. Sebab, dalam sebuah kurun kepemimpinan seorang walikota di Payakumbuh pernah ada yang “diturunkan” oleh DPRD di tengah jalan. Inilah bukti, bagaimana kritisnya masyarakat di tempat kelahiran SP.
Pada Rabu(5/1) adalah ulang tahun ke-60 dari Walikota Payakumbuh, Sumbar. Salah seorang yang mengucapkannya adalah SP, yaitu menunggu beliau selesai mandi di rumah dinas dan akan berangkat ke kantor walikota.
Dalam analisa SP, sang walikota Payakumbuh yang akan mengakhiri masa jabatannya pada pada 2012 merupakan figur yang cukup bersih dalam menjalankan kepemimpinannya (sampai KPK membuktikan yang lain). Masyarakat Payakumbuh membutuhkan penerus kepemimpinannya yang dapat diterima oleh mayoritas pemilih dalam Pilkada 2012 nanti (bila kebijakan tidak berubah, yaitu tetap Pilkada langsung).
Di Payakumbuh tidak dikenal istilah “raja-raja” kecil yang sering disindirkan media massa selama ini. Yang ada adalah raja jalanan yang berbeda dengan raja jalanan yang dikenal di Jakarta (sepeda motor). Di sini yang dikenal sebagai raja jalanan adalah yang di bawah ini:
Apa gambar di atas kurang jelas? Baiklah ditambah dengan yang ini:
Juga mereka merajai area di dalam stadion pacuan kuda:
No comments:
Post a Comment